Oleh: Munawir Syahidi – Deklarator KUMAUNG
Seperti mozaik, ingatan-ingatan tentang peristiwa masa lalu berkelebat-kelebat di dalam kepala, sesekali teringat dengan jelas, sesekali terpotong dan hilang.
Sambil menikmati segelas kopi, tapi tidak ditemani rokok, karena saya tidak merokok. Kopi cukup melengkapi ingatan-ingatan itu untuk muncul kembali menjadi ingatan yang lengkap.
Di kampus IAIN Banten, kami dulu menyebutnya kampus pergerakan. Pusat dan titik kumpul demonstrasi. Diskusi isu publik, kajian dan perencanaan segala hal yang berkaitan dengan gerakan. Ingatan-ingatan itu menyatu menjadi kesimpulan, waktu itu 2009-2012 saya berada di kampus dan merasakan besarnya gerakan mahasiswa.
Saya tidak lahir dari organisasi gerakan, saya lahir dari organisasi intra kampus yang berkutat pada bidang kesenian kebudayaan. Gesbica.
Tetapi ada hal yang menggerakan saya dan teman-teman di UKM (Unit Kegitan Mahasiswa) untuk tidak melepaskan diri dari gerakan-gerakan mahasiwa yang notabene digerakan oleh teman-teman di organisasi ekstra kampus baik organisasi mahasiswa skala nasional atau bahkan primordial. Gerakan selalu dianggap penting. Meskipun saya juga tahu saat itu juga banyak yang antipati tethadap gerakan dan lebih senang mengisi waktu di hari terakhir perkuliahan dengan pergi nonton ke bioskop. Juga sebagian masyarakat yang waktu itu juga merespon mahasiswa yang keseringan demo dan menutup jalan sebagai aksi yang tidak ada manfaatnya, membikin macet dan lain-lain, tetap animo mahasiswa masih sangat tinggi walaupun tidak lebih dari setengahnya di kampus. Diskusi-diskusi yang membahas berbagai isu pemerintahan masih banyak peminatnya, masih ada pesertanya. Dan ingatan-ingatan lain dikepala saya yang mungkin ingatan saya berbeda dengan ingatan orang lain pada masa yang sama dan tempat yang sama, karena dipengaruhi sudut pandang yang berbeda. Itu mozaik dikepala saya, termasuk ingatan yang berkaitan dengan deklarasi Keluarga Mahasiswa Cibaliung. Sebagai klimaks dari gagasan. Memandang berbagai persoalan yang terjadi di Cibaliung.
Kemudian sambil menikmati kopi yang tanpa rokok itu saya teringat kembali pada gerakan mahasiwa yang menurut saya sekarang cenderung berkurang? Atau mungikin pandangan saya ini salah?.
Kesadaran berorganisasi sekarang ini menyeret beberapa organisasi, hilangnya massa yang tertarik bergabung dalam organisasi menjadi masalah tersendiri. Ya kondisi ini saya dapatkan dari teman-teman yang jika bertemu dengan saya selalu membahas hal yang demikian.
Terakhir obrolan mengenai masalah ini adalah ketika saya berbincang dengan ketua pusat presedium Kumaung Mang Dandi dan Ketua Presedium cabang Serang Mang Fahman Falahi.
Jika digeneralisir maka ada hal-hal yang sangat jelas terjadi, pertama generasi sekarang lebih susah diajak berorganisasi yang mereka pikir organisasi itu penuh dengan aturan, dan tentu saja mereka memilih tidak ingin diatur, tidak mau diarahkan. Gadget lebih menyenangkan. Media sosial lebih membahagiakan.
Menyikapi masalah demikian, saya bahkan pernah bertanya, mungkinkah organisasi itu akan bubar?. Tentu saja berharap tidak berharap hal demikian terjadi, meski sebagian organisasi mengalaminya.
Apa solusinya kemudian, pandangan saya hanya pada dua kata yang menjadi frasa “mempreteli masalah”
Ya harus mempreteli masalah, Harus lebih banyak membaca “Qauniyah” dan mencari solusi-solusi sederhana yang sesuai dengan keinginan massa dan tentu saja tetap menapaki jalan perjuangan gerakan.
Ibarat motor atau kendaraan yang mati, tentu tidak bisa digeneralkan, motor itu mati maka cari apa masalahnya yang menyebabkan motor itu mati, bukan hanya fokus pada matinya sebuah motor. Siapa tahu hanya masalah kecil dan sederhana tetapi karena kurang membaca “Qauniyah” sehingga salah solusi dan tentu kadang memperparah masalah.
Kemudian haruslah ada orang-orang yang ikhlas dalam berjuang yang menganggap bahwa gerakan dalam organisasi akan berdampak bagi siapa saja yang berjuang dengan ikhlas didalamnya. Yang ikhlas membaca dan mempreteli masalah serta berusaha mengusahakan solusi.
Butuh berapa orang? Butuh yang ikhlas, yang fokus, berapapun orangnya. Kopi sudah hampir habis, tinggal ampasnya tersisa.
Kepada anak-anak muda yang hari ini tidak punya ketertarikan pada organisasi, yakinlah jika suatu saat anda akan merasakan manfaat dari berorganisasi besar atau kecilnya manfaat itu, tapi ingat harus serius berproses bukan hanya tumpang nama dan kemudian hanya ikut uforianya saja, karena di dalam organisasi ada yang menjadi inti dan tim hore, tim inti kadang bahkan tidak sempat posting photo di medsos, dan tim hore yang sebenarnya tidak melakukan apapun tetapi merasa paling eksis dan paling memiliki andil padahal tidak sedikitpun menyelami masalah-masalah dalam berorganisasi. Sehingga berikutnya jika terjadi sesuatu, misal kuliahnya lambat dia akan menyalahkan organisasi, karena sejatinya organisatoris adalah orang yang telah mampu membaca dirinya dan mampu mengorganisir dirinya sendiri, mampu mengukur tantangan, berhasil menyelesaikan berbagai persoalan. Telah teruji. Hai anak muda belajarlah.