Tentang Manusia, Organisasi, dan Kehendak | Esai Munawir Syahidi Tahun 2015

Ruang Opini61 Dilihat

Oleh: Munawir Syahidi – Deklarator KUMAUNG

“Masing-masing pihak punya cita-cita,

Masing-masing pihak punya kewajiban yang nyata”

Diawali dengan cinta kasih sebagai fitrah dari manusia yang diciptakan Tuhan sebagai tanda kekuasaaNya, maka dari cinta kasih itu manusia menentukan pasangannya sebagai teman melewati hari dan menyalurkan kebutuhan biologisnya masing-masing.

Pada mulanya seperti yang diungkapkan Soekarno melalui kitabnya Sarinah, secara tidak langsung dapat dipahami jika kebutuhan biologis manusia menentukan juga hukum keibuan atau kebapaan, satu perempuan dapat melayani laki-laki mana saja yang dikehendaki, sehingga ketika lahir anak maka jika bertanya anak siapa itu? maka akan disebutkan nama ibunya, karena jika disebutkan bapaknya akan terlalu banyak, dan bapak yang mana.

Kita bisa membaca kembali kitab Sarinah karya Soekarno itu. Cinta dengan aturan agama yang kita yakini ini akhirnya menjadikan cinta dan hubungan biologis manusia harus sesuai dengan aturan agama, maka cinta di ikuti dengan pernikahan, pernikahan dan rasa cinta yang tentu saja rasa cinta itu dilandasi pada pemikiran dan kehendak yang sama untuk membangun sesuatu mewujudkan sesuatu maka mereka memutuskan untuk membentuk satu kelompok kecil dalam masyarakat yaitu keluarga.

Begitu juga dengan organisasi tentu saja lahir berdasarkan kehendak individu yang menyatukan diri karena memiliki kecenderungan yang sama, kehendak yang sama, cita-cita dan tujuan yang sama kemudian menyatukan diri dalam organisasi. Akan tetapi seperti halnya pernikahan ada juga kehendak dan cita-cita yang pura-pura sama tetapi sebenarnya kemudian memiliki tujuan yang lain baik itu untuk mendapatkan keuntungan pribadi, dengan pura-pura memiliki cita-cita yang sama untuk membentuk satu keluarga, padahal salah satu pasangan memiliki tujuan yang berbeda. Dan di dalam organisasi hal demikian juga lumrah adanya pada pergulatan politik yang sarat dengan kepentingan dewasa ini, dimana semua orang mencari dukungan untuk mendapat sokongan. Cinta pura-pura.

Maka dideklarasikanlah sebuah organisasi ibarat resepsi pernikahan, demi mendapatkan pengakuan secara sah dari kelompok yang lain, bahwa orang-orang yang ada di dalam organisasi ini memiliki satu tujuan yang sama dan cita-cita yang sama. Dari cinta manusia yang telah menikah itu lahirlah anak, dari orang-orang yang katanya memiliki tujuan dan cita-cita yang sama dan dideklarasikan maka lahirlah organisasi, sebagai wadah mewujudkan cita-cita bersama.

Seperti seorang anak itu dikandung dalam rahim, dido’akan, diberikan nutrisi selama sembilan bulan pada umumnya, dengan harapan yang sama seperti saat mengikat diri dalam pernikahan, maka lahirlah anak itu untuk mewujudkan cita-cita bersama. Lahirlah organisasi untuk mewujudkan kehendak bersama, walaupun sekali lagi ada juga penumpang gelap meminjam istilah Megawati yang tentu saja penumpang gelap itu memiliki tujuan dan cita-cita yang berbeda. Dan anak itu juga tentunya harus diajari bagaimana cara tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan dan kemudian berlari tahapan yang membutuhkan perjuangan dan kerja keras dari semua orang yang ada disekelilingnya.

Pada pertumbuhan fisik manusia sampai bisa berlari mungkin akan dapat diraih seiring berjalannya waktu tetapi pada perkembangan pengetahuan dan kedewasaan tentu saja butuh pendidikan dan bimbingan. Pada masa pendidikan inilah manusia menjadi penting akan dididik apakah anak ini?, akan dijadikan apakah anak ini?, meminjam istilah Al-Quran akan dijadikan Nasroni, yahudi atau apapun maka tergantung kepada orang tuanya (?). Dan organisasi tentunya sejak dideklarasikan atau dilahirkan harus juga memperjuangkan yang menjadi cita-citanya, ideologi sebuah organisasi tidak boleh menyalahi cita-cita bersama, organisasi akan dijadikan peminta-minta, kapitalis, sosialis dan humanis tentu saja tergantung pada sehat atau tidaknya fikiran para penggerak di dalam organisasi itu.

Yang akhirnya ketika si anak menjadi dewasa dan telah ditunjukan oleh orang tuanya melalui pendidikan, anak tersebut menyusuri umurnya yang semakin meningkat, dan jiwanya dibekali dengan kehendak orang tua melalui pengajaran yang diberikan. Tetapi dunia yang luas dan sarat kepentingan ini si anak bergaul dengan temannya yang memiliki kehendak yang lain dan kebenaran yang lain, yang kadang bertentangan dengan kehendak awal cinta orang tuanya itu. Organisasi menjadi dewasa dan saat itulah dia akan bergaul dengan berbagai kehendak dari lingkungannya yang mungkin tidak sesuai dengan kehendak awal organisasi itu.

Anak yang tadinya tidak memiliki keahlian apa-apa, nyaris tidak punya kawan, tidak diperhatikan, tidak memiliki pengaruh apapun terhadap orang disekelilingnya, tiba-tiba menemukan keahliannya dan dapat berpengaruh terhadap lingkungannya, maka dia banyak yang mengaku bahwa dia adalah temannya. Orang-orang datang untuk memberikan pengaruh kepada anak itu agar anak menjadi dekat dan juga membawa pengaruh untuknya, kawan-kawan yang pernah tidak memperdulikannya datang dan berbaik hati, mendekati agar dapat mempengaruhi pikiran si anak tersebut dan pada tujuan akhirnya dia mendapatkan sesuatu karena dekat dengan anak terbut. Sudah menjadi hukum sosial begitu keadaanya, dan apalagi kalau kemudian si anak dapat dipengaruhi pikirannya untuk dapat mewujudkan cita-cita pribadinya melalui kemampuan si anak tersebut.

Pada bagian akhir ini saya tidak mau mengkiaskan nasib anak tersebut dengan perjalanan sebuah organisasi yang ada di Indonesia. Pada hakikatnya seperti yang dikatakan Rendra “Masing-masing pihak punya cita-cita, masing-masing pihak punya kewajiban yang nyata” Biarkan si anak jangan terlalu dikekang, biarkan dia berfikir dan berbuat, berfikir dan berbuat, orang dewasa sudah menunjukan jalan kepada si anak, menunjukan kebenaran dengan pendidikan dasar berisikan tujuan dari sebuah perjalanan hidup.

“diktat-diktat hanya boleh memberi metode, sementara mereka sendiri yang harus merumuskan keadaan” mereka yang mengganti kata kita dalam penggalan sajak Rendra tersebut, dan mereka adalah pronomina untuk organisasi.

Mungkin kurang baik mengkiaskan antara pertumbuhan manusia dengan organisasi, tetapi setidaknya yang menggerakan manusia atau organisasi adalah kehendak, semoga kehendak kita sebagai manusia masih berdasarkan nurani, dan dari manusia yang berdasarkan pada nurani itu dapat mempengaruhi dan landasan bersama pada estapeta sebuah organsisasi, bukan berdasarkan kehendak pribadi atau golongan, tetapi berdasarkan kehendak bersama sebagai sebuah keputusan.

Cibaliung, Kamis 03/03/2015 Jam 21:13