oleh : M. Rouf Didi Sutriadi – Mahasiswa S2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Akhir-akhir ini, organisasi sering dijadikan kambing hitam atau dalil dalam persoalan terlambat lulus khususnya di bangku perkuliahan. Terbukti dari sepuluh orang yaitu teman dekat penulis yang terlambat lulus, delapan orang menjawab keterlamabatan ia lulus kuliah karena dilatar belakangi oleh kesibukan organisasi dan dua orang lainya karena kesibukan pekerjaan. Dari mini riset tersebut persentasi seseorang terlambat lulus karena kesibukan organisasi mencapai 80 % dari sepuluh responden. Tentunya ini menjadi sebuah kesimpulan awal, dimana organisasi yang dianggap oleh kebanyakan orang sebagai wadah berkembang, menambah relasi, melatih public speaking ini telah berubah menjadi alat perlindungan atas perilaku terlambat lulus.
Organisasi sebagai wadah berkembang, menambah relasi dan melatih public speaking tersebut selanjutnya dianggap sebagai sesuatu yang lebih primer dibanding dengan kuliah itu sendiri. Padahal kuliah sendiri merupakan sebuah proses pengembangan diri dan organisasi hanya sebagai penunjang saja. Ini menjadi kesimpulan bahwa kuliah adalah merupakan perkara wajib sedangkan organisasi hanya perkara sunnah. Dan bila kita merujuk kepada pendapat Imam As-Suyuti dalam kitab Al-Asybah wa An-Nazhair, kaedah no. 23 pada halam 329 dijelaskan bahwa
الواجب لا يترك إلا لواجب
“Perkara wajib tidaklah ditinggalkan kecuali karena perkara wajib”.
Ulama lain mengibaratkan dengan istilah
الواجب لايترك لسنة
“Perkara wajib tidaklah ditinggalkan Cuma karena adanya perkara sunnah”.
Kemudian bila kita membandingkan secara komparatif dalam ruang lingkup peningkatan skill, tentunya seseorang yang tidak berorganisasi (mahasiswa kupu-kupu) itu lebih berpeluang untuk meningkatkan skill Intrapersonal yang itu sangat dibutuhkan dalam menunjang karir dibandingkan dengan mahasiswa organisator. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang kuliah kemudian pulang mempunyai banyak waktu untuk meningkatkan skill Intrapersonal sedangkan organisator sering tidak punya waktu luang. Adapun contoh skill Intrapersonal tersebut banyak macamnya. Misalnya fasih berbahasa Inggris dan bahasa negara lain di luar Indonesia dan daerah, otak-atik hardware komputer, kemampuan mengenai software, editing foto dengan photoshop atau coreldraw, coding website, hacker dan kemampuan lain sesuai dengan minat masing-masing. Tentunya hal-hal demikian tidak mungkin bisa dilatih secara intens bila mahasiswa tersebut hari-harinya di isi hanya dengan kebanyakan rapat yang tidak selesai-selesai dan bahkan kerap kali sampai larut malam. Padahal (Tidak patut dijadikan pijakan/pikiran nyeleneh) Allah sendiri menjadikan malam sendiri untuk istirahat bukan untuk rapat. Hal ini termaktub dalam Surat Al-Qashash ayat 73
ومن رحمته جعل لكم اليل و النهار لتسكنوا فيه ولتبتغوا من فضله ولعلكم تشكرون
“Dan adalah karena rahmat-nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-nya (oada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-nya”.
Fakta dilapangan dapat kita lihat, bahwa aktifitas seperti rapat sampai tengah malam justru bukan meningkatkan public speaking malah justru membuang-buang waktu, ditambah lagi mungkin ada beberapa orang yang dari awal rapat main hp, hanya numpang absen atau yang penting hadir dan lain-lainnya. Akhirnya dorongan untuk hadir dalam rapat bukan atas dasar keinginan untuk melatih pemikiran, bertukar pendapat atau melatih public speaking tapi justru rasa tidak enak dengan sesama kawan organiasi, dan out put yang didapat hanya konten/ photo selfi dengan caption “semua pasti ada hasilnya”, ”panjang umur perjuangan” atau “lagi rapat bahas soal negara”.
Sebagai kesimpulan akhir penulis tutup dengan sebuah fakta bilogis. Secara biologis, tangan, kaki, pikiran, hati dan anggota tubuh lainnya adalah merupakan sebuah organisasi, dimana pikiran dan hati adalah sebagai ketua dan wakil ketua. Tentunya untuk berkembang tidak harus perlu organisasi karena pada fakta biologisnya badan kita adalah sebuah organisasi. Melainkan kita mengurus organisasi tubuh kita dengan memaksimalkan potensi yang kita miliki. Seperti membaca buku untuk meningkatkan wawasan, berolahraga untuk meningkatkan kesehatan dan masih banyak lagi. Karena percuma bila kita sebagai mahasiswa ikut organisasi tapi tidak pernah membaca buku, rapat asal hadir hingga kuliah sebagai sesuatu yang wajib kita nomer dua kan.