Oleh: Muhamad Hafidudin
Sepulangnya dari Kalimantan Timur ke Yogyakarta 09/01/2023, saya bernostalgia dengan kawan-kawan di Yogyakarta, terutama kawan-kawan KUMAUNG (Keluarga Mahasiswa Cibaliung) Cabang Yogyakarta di kontrakan kami, bertemu kembali dengan saudara sesama suku Sunda Banten (suku asal) setelah merantau ke Kalimantan Timur untuk mempelajari keberagaman budaya adalah melihat kembali jati diri saya sebagai suku Sunda Banten.
Lalu pada 11/01/2023, Fikri Nur Rizki mengirimkan link gmeet ke grup KUMAUNG Yogyakarta untuk berdiskusi perihal Ngababad, (Ngajak Beunta Bakal Pendidikan) 2023, saya bergabung dalam gmeet itu dan mulai berdiskusi perihal Ngababad, “Dengan latar belakang situasi dan kondisi organisasi hari ini, Ngababad tahun ieu mah urang palinggeh ngeun bisa ka MAN 4 Pandeglang jng SMAN 5 Pandeglang”, ucap Fajar Saris selaku Departemen Pendidikan dan Propaganda KUMAUNG Pusat yang memimpin rapat di gmeet tersebut. Adapun yang tergabung dalam rapat tersebut terdiri dari perwakilan KUMAUNG Pusat, Cabang dan Komisariat; Fajar Saris, Abdul Azis, Muhamad Rifki Husen, Moch Nur Rifki, Yeni Mulyani, Yana Suryana, Fikri Nur Rizki, Lusi Resti Anggraeni, dan Muhamad Hafidudin.
Adu opini terjadi dalam rapat di gmeet tersebut, rapat perihal konten materi Ngababad dan sekolah yang akan dikunjungi, termasuk saya yang kemudian mengusulkan untuk menambahkan sekolah yang akan dikunjungi, yaitu MA Miftahussa’adah hingga tibalah kami pada sebuah kesimpulan bahwa meskipun dalam kondisi yang tidak mudah, Ngababad harus tetap diselenggarakan, dan sekolah yang akan dikunjungi yaitu MAN 4 Pandeglang, SMAN 5 Pandeglang, dan MA Miftahussa’adah dengan konten materi yang tentunya mereka perlukan.
Kamis, 12/01/2023, saya memutuskan untuk pulang ke kampung halaman, yaitu Cibaliung-Pandeglang-Banten. Pulang, mendengar kata itu pikiranku tertuju kepada sajak Rendra yang berjudul Sajak Seonggok Jagung, “Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi, kedokteran, atau apa saja, bila pada akhirnya ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata: “Disini aku merasa asing dan sepi” “, kalimat reflektif dari Rendra tersebut membuatku “muhasabah diri”, dan mungkin saja anda yang sedang membaca tulisan ini.
Ngababad 13/01/2023 DI MAN 4 Pandeglang
Sekitar 23 Jam perjalanan dari Yogyakarta ke rumah saya di Cibaliung, berangkat tanggal 12/01/2023 pukul 13.00 WIB dari Yogyakarta dan sampai rumah tanggal 13/01/2023 sekitar pukul 10.00 WIB, 13/01/2023, hari itu merupakan hari berkunjung KUMAUNG ke MAN 4 Pandeglang untuk Ngababad, saya tidak bisa ikut karena pada saat itu motor di rumah sedang dipakai bapak.
Ngababad di MAN 4 Pandeglang terselenggara dengan jumlah peserta yang terhitung banyak, acara itu dimoderatori oleh Abdul Azis dengan narasumber Fajar Saris, Fikri Nur Rizki, dan Muhamad Rifki Husen. Mensosialisasikan tentang pentingnya kuliah dan berorganisasi, menjelaskan perihal jalur masuk kuliah dan mendapatkan beasiswa, serta bercerita tentang dunia perkuliahan sesuai dengan pengalaman masing-masing narasumber. Acara berlangsung pada Jum’at 13/01/2023 sekitar pukul 09.00 WIB – 11.00 WIB di Aula MAN 4 Pandeglang.
Ngababad 24/01/2023 DI SMAN 5 Pandeglang
Fajar Saris dan Fikri Nur Rizki harus Kembali ke kampusnya masing-masing, sementara Ngababad harus terus berlanjut sesuai target, mereka mengamanatkan kepada anggota KUMAUNG yang masih di Cibaliung untuk melanjutkan Ngababad, hingga akhirnya Lusi Resti Anggraeni menghubungi saya untuk bersilaturahmi ke SMAN 5 Pandeglang membicarakan Ngababad yang akan diselenggarakan di sana, kami bertemu pak Rafi, Wakil Kepala Sekolah SMAN 5 Pandeglang membicarakan maksud dan tujuan kami hingga akhirnya pak Rafi menyetujui dan bahkan mendukung maksud dan tujuan kami yang insyaAllah baik, namun beliau meminta surat resmi dari KUMAUNG dalam rangka izin, hingga akhirnya kami memenuhi permintaan beliau.
Pagi itu, Selasa, 24/01/2023, hujan turun lumayan deras, saya (Muhamad Hafidudin), Lusi Resti Anggraeni, Muhamad Raihan Rizki, Abdul Azis, dan Uus Fanny Nurrahayu yang berencana akan Ngababad setelah para siswa/i senam nampaknya harus berubah jadwal, sekitar pukul 08.00 WIB kami konvoi dari taman pintar ke SMAN 5 Pandeglang, dan benar saja, tempat dialihkan dari yang tadinya lapangan jadi ke ruangan, namun itu sama sekali bukan masalah, kami tetap bersemangat untuk mensosialisasikan pendidikan, sebelum masuk ruangan tempat acara, kami mengobrol terlebih dahulu dengan guru-guru SMAN 5 Pandeglang di ruang BK, lalu sekitar pukul 09.45 WIB sampai 10.15 WIB kami mulai menyelenggarakan Ngababad dengan dimoderatori oleh Lusi Resti Anggraeni, kebetulan saya diberikan kesempatan untuk menyampaikan sedikit pengetahuan saya tentang dunia perkuliahan, mulai dari alasan kenapa harus berkuliah, permasalahan dunia perkuliahan; dari mahalnya biaya pendidikan, ketidakselarasan sistem, dan disorientasi pendidikan hingga solusi pragmatis atas segala permasalahan yang ada.
Abdul Azis (presidium KUMAUNG Cabang Serang) yang juga hadir pada saat itu memberikan pemahaman tentang pentingnya persatuan (kekeluargaan) sesama mahasiswa daerah (Cibaliung) terutama di dunia perantauan, “Atuh saminimalna eta ai ketika diperantauan urang geuring, saha nu daek ngerokeun selain sesama budak Cibaliung mah” ucap Abdul Azis yang memberikan analogi sekaligus studi kasus tentang “pentingnya persatuan mahasiswa daerah (Cibaliung).”
Sementara Muhamad Raihan Rizki mengambil peran untuk mengabadikan kegiatan Ngababad di SMAN 5 Pandeglang melalui lensa kamera gawainya. Ya, kita akan dianggap ada (hidup) kalau foto dan atau video kita mengudara di dunia maya.
Ngababad 03/02/2023 Di MA Miftahussa’adah
Kamis, 02/02/2023 saya bersilaturahmi ke rumah Puji Handaru, kawan kampung sekaligus kampus, memintanya untuk menemaniku mengantar surat Ngababad ke MA Miftahussa’adah (ponpes) sembari silaturahmi ke kawan-kawan di sana, sesampainya saya bersama Puji Handaru di lokasi, saya bertemu Mang Ulil Absor yang merupakan salah satu pengurus ponpes itu, menyerahkan surat Ngababad sembari berdiskusi banyak hal terutama perihal waktu Ngababad hingga pada akhirnya Mang Ulil Absor mengonfirmasi pada malam harinya bahwa Ngababad akan diselenggarakan di Mushola Miftahussa’adah pada Jum’at pukul 09.00 WIB.
Saya mengajak semua kawan-kawan KUMAUNG (bahkan yang belum PCA) yang saya ketahui sedang berada di rumah (tidak di perantauan); Fahman Falahi, Dini Rahmayani, Lusi Resti Anggraeni, Muhammad Raihan Rizki, Fahri, Muhamad Windalingga, dan Puji Handaru untuk bersama-sama menyukseskan Ngababad di MA Miftahussa’adah, membuat grup whatsapp dan berdiskusi perihal teknis pelaksanaan Ngababad, Adapun penugasannya yaitu; Lusi Resti Anggraeni (moderator) Fahman Falahi dan Muhamad Hafidudin (pembicara), Puji Handari dan Muhammad Raihan Rizki (berbagi pengalaman), Lingga, Dini, dan Fahri (dokumentasi).
Esoknya, Jum’at, 03/02/2023 kami datang terlambat sekitar 30 menit ke MA Miftahussa’adah karena beberapa kendala, kami meminta restu terlebih dahulu kepada Kepala Yayasan; Kyai Hapidudin, beliau memberikan pesan bahwa kelas XII MA Miftahussa’adah diwajibkan mengabdi setahun setelah lulus, hingga kami hanya mencoba membuka pikiran (tidak sampai tahap mentoring pendaftaran) kelas XII tersebut bahwa kesempatan untuk kuliah besar, dan tentu dengan segala kendala dan solusinya, dalam acara Ngababad di MA Miftahussa’adah yang diselenggarakan di Mushola tersebut, Mang Fahman Falahi memberikan pemahaman tentang orientasi pendidikan yang seharusnya, disorientasi pendidikan saat ini, perspektif masyarakat tentang pendidikan dan berbagai macam masalah yang dibeberkan dan solusi yang ditawarkan.
Lalu saya hanya memberikan beberapa tambahan pemahaman tentang kenapa KUMAUNG harus Ngababad, kenapa setelah lulus SLTA harus kuliah, apa saja jalur masuk kuliah, beasiswa apa saja yang tersedia, dan bagaimana menyikapi permasalahan pendidikan hari ini.
Kemudian sebagaimana yang telah dirapatkan di malam harinya perihal pembagian tugas, kami menyukseskan Ngababad di MA Miftahussa’adah sesuai dengan tupoksinya, meskipun ada beberapa perubahan ketika pelaksanaan; Puji dan Rehan tidak jadi berbagi pengalaman serta Dini Rahmayani yang tidak jadi ikut dikarenakan terkendala kendaraan, namun dengan permasalahan yang ada kami tetap menikmati Ngababad di MA Miftahussa’adah.
Terimakasih banyak semua yang terlibat!!!
“Kebenaran tidak turun dari langit, kebenaran harus tetap diperjuangkan agar tetap menjadi benar. Kita harus turun ke desa-desa, mencatat sendiri semua gejala, menghayati persoalan, dan menciptakan perubahan yang nyata.”
Primordialisme-Nasiolisme!