Fawwaz Afif
Mahasiswa Hubungan Internasional
Konflik yang terjadi di suatu negara, tentu tidak hanya menimbulkan dampak bagi negara tersebut, tetapi juga menimbulkan dampak lanjutan bagi negara tersebut. Salah satunya ialah dampak seperti migrasi pengungsi besar-besaran. Seperti contoh konflik yang terjadi di negara-negara Timur Tengah. Uni Eropa sebagai organisasi regional yang membawahi negara-negara di Eropa tentu perlu merespon fenomena migrasi ini dikarenakan menyangkut berbagai aspek dari negara-negara di Eropa. Di satu sisi, ada beberapa negara Eropa yang membuka pintu bagi para pengungsi Timur Tengah untuk masuk ke negaranya atas nama kemanusiaan, tetapi di sisi lain Uni Eropa menghimbau untuk mengurangi dan lebih mengawasi migrasi yang datang, hal ini dikarenakan ada beberapa dampak yang muncul nantinya bagi negara-negara Eropa.
Gelombang migrasi pengungsi besar-besaran yang berasal dari negara-negara Timur Tengah yang berkonflik tentu akan membawa beberapa dampak negatif. Salah satu contoh nyata dampak negatif dari fenomena ini adalah adanya pengikisan nilai budaya yang ada di masyarakat akar rumput. Hal ini tercermin pada negara Luxembourg yang menjadi salah satu negara yang menerima pengungsi dalam jumlah yang besar, akhirnya, budaya yang telah terbangun oleh masyarakat mengalami pergeseran nilai dengan adanya budaya-budaya baru yang dibawa oleh pengungsi. Budaya Timur Tengah yang dibawa oleh para pengungsi tentu tidak memiliki kesamaan dengan nilai dan budaya negara-negara di Eropa.
Pengungsi-pengungsi yang datang ke negara-negara Eropa lebih banyak diisi oleh perempuan dan anak kecil sebagai korban konflik yang ada di negaranya. Permasalahan yang ditimbulkan dari banyaknya perempuan dan anak kecil ini adalah angka pengangguran yang meningkat tajam. Hal ini dikarenakan perempuan dan anak kecil akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Di sisi lain, pengungsi laki-laki yang masuk dalam kategori usia produktif tentu memiliki tingkat pendidikan yang berbeda dengan masyarakat Eropa. Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan yang layak adalah salah satu hal yang sulit untuk dicapai di dalam negara yang berkonflik. Angka pengangguran dan kemiskinan yang meningkat tentu akan menjadi beban tersendiri bagi pemerintah di suatu negara.
Selanjutnya, masuknya pengungsi secara besar-besaran ke negara-negara di Eropa tentu akan menciptakan sebuah konflik horizontal. Konflik horizontal yang dimaksud adalah adanya kecemburuan sosial yang terjadi di antara penduduk asli negara tersebut dengan para pengungsi yang datang dan juga dapat mengganggu stabilitas politik pada daerah tersebut. Pemerintah negara harus benar – benar memperhatikan bagaimana peraturan untuk melindungi warga negaranya serta para pengungsi. Tetapi tidak jarang konflik yang terjadi bukan hanya muncul dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap salah satu pihak, melainkan konflik ini seringkali muncul dikarenakan adanya gejolak di antara individu dan kelompok dan memicu perpecahan internal di sebuah negara.
Fenomena yang terjadi dalam waktu yang cukup singkat tentu menjadi salah satu permasalahan tersendiri bagi negara-negara di Eropa dan khususnya Uni Eropa. Pemerintah negara-negara Eropa dan Uni Eropa belum memiliki peraturan yang cukup baik dalam mengatur masuknya pengungsi ke negaranya, sehingga banyak pengungsi yang mampu masuk ke sebuah negara tanpa sepengetahuan pihak yang berwenang dan pemerintah di sebuah negara. Hal ini tidak hanya berdampak bagi masyarakat dan pemerintah, melainkan stabilitas negara juga menjadi salah satu aspek yang dapat terganggu dengan adanya fenomena ini. Tidak adanya data pengungsi yang masuk tentu akan menyulitkan pemerintah dalam melakukan kebijakan bagi para pengungsi sehingga bisa saja kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak tepat sasaran.
Masuknya pengungsi tentu tidak hanya menimbulkan dampak negatif. Namun, pengungsi juga dapat menimbulkan dampak positif seperti negara Perancis yang mampu memenangkan Piala Dunia Sepakbola pada tahun 2018. Skuad Tim Nasional Perancis berisikan lebih dari 50% merupakan migran dari negara-negara yang berkonflik di Timur Tengah dan Afrika. Kemenangan Perancis ini tentu sangat menguntungkan Perancis dalam berbagai aspek seperti ekonomi tetapi hal ini tidak akan terjadi terhadap semua negara yang menerima pengungsi dari Timur Tengah dan Afrika. Negara-negara lain tidak akan mengalami hal yang sama dengan Perancis yang mendapatkan salah satu dampak baik dari sekian dampak negatif dari penerimaan pengungsi yang tidak jelas peraturannya.
Tentu alasan-alasan di atas mendorong Uni Eropa untuk mengeluarkan kebijakan tentang pengawasan dalam penerimaan pengungsi bagi negara-negara di Eropa. Hal ini tentu dilakukan Uni Eropa untuk melindungi negara-negara anggotanya dari berbagai dampak negatif yang dapat muncul dari fenomena ini. Resiko yang dihadapi oleh Uni Eropa cukup besar jika tetap menerima pengungsi tanpa peraturan yang jelas sehingga Uni Eropa lebih memilih untuk menghindari resiko dan mencoba untuk melihat bagaimana cara dan peratuaran yang tepat dalam menyikapi gelombang migrasi pengungsi yang masuk ke negara-negara anggota dari Uni Eropa.