Neoconservatif Setelah Perang Dingin “Perdamaian Atau Penjajahan Era Baru

Ruang Opini15 Dilihat

Oleh: Fajar Saris Hendarsah

Mahasiswa Hubungan Internasional

Neokonservatif adalah sekumpulan gagasan yang agak kontradiktif dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat.  Sementara lain neokonservatif merangkul promosi demokrasi dalam perdebatan seputar kebijakan luar negeri, mereka neokonservatif cenderung menolak perluasan demokrasi dalam urusan dalam negeri karena hal itu dapat mengarah pada pemerintahan yang lemah yang diatur oleh h masrat daripada alasan. Oleh karena itu, di antara banyak alasan lainnya, neokonservatif sulit untuk disaring menjadi satu doktrin politik. Namun demikian, kaum neokonservatif memiliki atribut yang sama. Neokonservatif juga bukan ideologi seperti fasisme atau liberalisme, neokonservatif bukanlah sebuah ideologi dengan “pandangan dunia sistematis yang berusaha menjelaskan dan mengevaluasi dunia atau sebuah Gerakan dan tidak akan pernah (James Q. Wilson). Neokonservatif adalah “kecenderungan Pemikiran politik Amerika” dan “dorongan intelektual” yang menganut “hukum konsekuensi yang tidak Diinginkan” dengan tidak menentang perubahan dalam pemerintahan (James Q.Wilson ).  Neokonservatif juga memiliki kepekaan politik yang tajam, tidak seperti neoliberal yang ingin meminimalkan peran politik sebanyak mungkin, dan mereka percaya pada proyeksi kekuatan Amerika diseluruh dunia untuk mengamankan kepentingan dan keamanan Amerika dan karena itu rezim unik dengan nilai-nilai universal.

Dalam beberapa tahun terakhir, dan terutama setelah peristiwa 11 september 2001, neo-konservatif menemukan dirinya di pusat perdebatan tentang bagaimana keputusan kebijakan luar negeri Amerika disusun dan dimajukan. Karena banyak neokonservatif menjabat sebagai pejabat tinggi dalam pemerintahan presiden George W. Bush, spekulasi tentang pengaruh kebijakan luar negeri neokonservatif, khususnya dalam invansi 2003 ke Irak, telah meningkat.

Dampak neokonservatif pada kebijakan luar negeri AS, bagaimanapun, memiliki sejarah yang lebih Panjang daripada invansi ke Irak. Sejak 1970-an, kaum neokonservatif telah memainkan peran penting dalam perdebatan mengenai kebijakan luar negeri Amerika dengan bertindak melalui organisasi seperti Institut yahudi untuk urusan keamanan Nasional, dan proyek untuk abad Amerika baru. Mereka telah menduduki pos berpengaruh di dalam Departemen Luar Negeri dan pertahanan, serta memberikan dukungan intelektual luar melalui lembaga think tank, jurnal, surat kabar, dan majalah.

Selama pemerintahan George W. Bush kesesuaian antara beberapa resep kebijakan luar negeri dan keamanan mereka, terutama terhadap penggulingan Saddam Hussein dari Irak, dan yang diterapkan telah dicatat. 1 hal ini pada gilirannya telah menyebabkan perdebatan yang luas dan terus berkembang tentang pengaruh neokonservatif dalam membentuk kebijakan luar negeri dan keamanan AS di periode pasca-perang dingin. Perdebatan ini juga memicu pertanyaan yang lebih mendasar tentang sifat dan tujuan kekuatan Amerika, legitimasi perang preventif dan unilateralise, kegunaan aliansi dan hukum Internasional, dan lain-lain.

Neokonservatif lebih menancapkan gasnya Ketika invansi Amerika terhadap Irak yang dilakukan oleh Geoge W. Bush, Alasan Bush pada saat itu menginvansi Irak adalah dimotivasi oleh program senjata pemusnah massal ( WMD ) Saddam Hussein. Kemampuan nuklirnya, khususnya, dianggap cukup menghawatirkan untuk memicu perang. Seperti yang dikatakan Menteri Luar Negeri AS terdahulu, Condoleezza Rice, “kami tidak ingin senjata itu menciptakan awan jamur”.  Tetapi satu hal alasan Amerika pada saat itu menginvansi Irak adalah keinginan untuk menyebarkan demokrasi.

Pada akhir Perang dingin, pertanyaan besar di antara pembuat kebijakan, akademisi, dan elit kebijakan luar negeri adalah apa yang harus dilakukan dengan kekuatan yang luar biasa dan garis lintang global Amerika Serikat. Sementara beberapa pembuat kebijakan menuntut dividen perdamaian, banyak neokonservatif mulai memperdebatkan kebijakan luar negeri Amerika yang lebih tegas. Dengan menggemakan prinsip-prinsip yang diuraikan dalam DPG-92, Kaum neokonservatif mulai mendukung tatanan global baru berdasarkan dunia “unipolar” dimana tidak ada negara yang akan menantang kekuasaan, posisi, dan prestise Amerika Serikat.

Dalam terbitan National Interest essainya Krauthammer dia menyatakan bahwa “ Tujuan Amerika seharusnya untuk mengarahkan dunia menjauh dari masa depan multipolar yang akan datang menuju hasil yang baru kualitatif yaitu  dunia unipolar. Krauthammer adalah salah satu orang pertama yang menyadari bahwa akhir perang dingin menciptakan era baru unipolaritas untuk AS dan dengan merangkul demokrasi dan unilateralisme, hal itu akan menciptakan pax Americana yang baik hati, yang tidak lagi membutuhkan keseimbangan kekuatan.

Setelah perang dingin dengan Uni Soviet rasanya Amerika berada di atas Angin untuk menjadi negara super power, tanpa ada negara pesaing yang kuat untuk menandingi hegemoni Amerika sebagai negara super power.  Dengan alasan demokrasi Amerika terus mengudarakan paham-paham demokrasinya  ke segala arah tetapi, hal itu malah banyak merugikan negara-negara lain dan banyak yang tidak senang juga dengan sikap politik luar negeri Amerika.  Bahkan sebelum perang dingin atau sesudah perang dunia pertama Amerika banyak menginvansi negara-negara kecil dengan berdalih menyebarkan paham demokrasi.

Gagasan-gagasan neokonservtif terhadap kebijakan luar negeri Amerika sangat kuat dan berpengaruh seperti apa yang terjadi pada tahun 1991 terkait perang teluk, pada saat Wolfowitz mengkriitisi era pemerintahanya Clinton . pada saat itu Wolfowitz mengatakan bahwa Clinton tidak memiliki seperangkat prinsip kebijakan luar negeri yang dirancang dengan baik yang mendefinisikan kepentingan nasional, Wolfowitz juga menegaskan bahwa kebijakan luar negeri AS tidak boleh bergantung pada multilateralisme karena kekuatan militer Amerika yang tak tertandingi dan sangat besar. Kritik lainnya Wolfowitz dari kaum neokonservatif lainnya adalah ketidakmampuan Clinton untuk menyingkirkan Saddam Hussein. Bahkan Wolfowitz berpendapat bahwa AS seharusnya bisa menyingkirkan Saddam Hussein dengan berbasis di Baghdad dan menduduki Irak. Pada saat itu Clinton banyak mendapatkan kritikan terus menerus dari orang-orang neokonservatif. Bahkan orang-orang neokonservatif pada saat itu akan mengancam untuk menggulingkan pemerintahan Clinton jika tidak mampu menggulingkan Saddam Hussein.

Neokonservatif bukan hanya mampu mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika neokonservatif juga pada saat itu mampu mempengaruhi partai Republik, seperti apa yang dilakukan oleh dua generasi kedua neokonservatif William Kristol dan Robert Kagan untuk menganjurkan partai Republik untuk menjauh dari “Realisme”.

Bagi neokonservatif kebijakan luar negeri AS seharusnya menjaga dan meningkatkan dominasi itu dengan memperkuat keamanan Amerika, mendukung teman-temannya, memajukan kepentingannya, dan mempertahankan prinsip-prinsipnya di seluruh dunia.  Bagi kagan dan kritsol, ancaman utama bagi dunia adalah keenganan Amerika dan ketidakpedulian untuk memproyeksikan kekuatan AS di luar negeri. Orang-orang neokonservatif menginginkan perdamaian dan keamanan Amerika bergantung pada kekuatan Amerika, neokonservatif beranggapan bahwa ancaman utama yang dihadapi Amerika Serikat sekarang dan di masa depan adalah kelemahannya sendiri. Hegemoni Amerika adalah satu-satunya pertahanan yang dapat diandalkan melawan kerusakan perdamaian dan ketertiban Internasional. Oleh kareta itu, tujuan yang tepat dari kebijakan luar negeri AS adalah untuk mempertahankan hegemoni sejauh mungkin di masa depan. Amerika Serikat membutuhkan kebijakan luar negeri neo-Reaganite tentang supremasi militer dan kepercayaan moral.  Strategi neo-Reaganite atau proyek Abad Amerika Baru (PNAC)  di proyeksikan oleh 2 orang neokonservatif yaitu Kristol dan kagan. Dalam dokumenya pendiri kelompok tersebut menyatakan, “kebijakan Reagnite tentang kekuatan militer dan kejelasan moral mungkin tidak lagi populer saat ini, tetapi perlu kita ketahui bahwa Amerika Serikat ingin membangun keberhasilan, keamanan dan kebesaranya bangsa nya dimasa mendatang , dengan mendirikan proyek PNAC yang berfungsi sebagai kendaraan perantara untuk mengadovsi ide-ide yang dikemukakan oleh kagan, kristol dan sesame pengembara neokonservatif lainnya. PNAC adalah organisasi yang didanai oleh Bradley Foundation dan bertempat di Gedung perkantoran Washington , D.C yang sama dengan American Enterprise Institute. PNAC dikelola oleh sejumlah generasi kedua neokonservatif yang menghasilkan pernyataan dan kampanye surat terbuka yang mengumpulkan dari tanda tangan dari para aktor politik elit. Anggota PNAC termasuk Wolfowitz, dan calon Wakil presiden.

Seperti yang kita ketahui bahwa neokonservatif  melihat perdamain adalah dengan kestabilan AS, neokon juga tidak akan segan untuk menyerang negara yang membahayakan buat Amerika sendiri. Bahkan kalau kita ketahui salah satu Tindakan advokasi pertama yang dilakukan oleh PNAC adalah dengan menyurati presiden Clinton, surat bulan januari 1998 mendesak Clinton untuk beralih dari kebijakan “penahanan” Irak menuju Tindakan militer untuk menggulingkan Saddam Hussein dari kekuasaan.

Pada akhir pemerintahan Clinton neokonservatif telah membentuk strategi dan koalisi kebijakan luar negeri yang konkret yang berusaha mengubah kebijakan luar negeri secara radikal seperti yang mereka lakukan pada awal tahun 1970. Namun, baru setelah pemilihan George W. Bush pada tahun 2000, neokonservatif telah menemukan diri mereka Kembali pada posisi berpengaruh dan dapat menerapkan strategi mereka pada kesempatan pertama.

Orang-orang neokonservatif selalu beranggapan bahwa perdamaian  bisa diciptakan dengan Amerika memegang kendali di dunia dan hanya dengan mengikuti Amerika sendiri perdamain akan tercipta. Tetapi nyatanya setelah perang dingin bahkan sebelum pun Amerika selalu ikut campur terhadap urusan negara lain.  Bahkan kalau kita ketahui alasan George W. Bush menginvansi Irak adalah untuk memusnahkan senjata Nuklir Irak itu tidak terbukti dengan benar. Artinya itu hanya alasan Amerika Saja untuk menyerang Irak  yang kita ketahui di Irak sangat banyak sekali cadangan minyak dan itu adalah salah satu alasan Amerika untuk menyerang Irak. Bahkan selain invansi  terhadap Irak juga orang-orang neokonservatif dapat mempengaruhi Amerika untuk melakukan invansi terhadap Aghanistan yang pada saat itu dikuasai Taliban. Serangan bom yang intens dilakukan pasukan Amerika dan Inggris.

Banyak hal yang sudah dilakukan neokonservatif untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri AS, bahkan kalau kita ketahui di zaman nya Donald Trump orang-orang neokonservatif banyak mempengaruhi kebijakan luar Negeri AS. Selama Trump menjabat menjadi presiden AS kebijakan luar negeri Amerika sedikit mengerikan karena Trump beberapa kali membuat kebijakan politik luar negerinya yang menjengkelkan negara-negara lain. Seperti Trump membuat tembok besar untuk menghalau orang-orang imigran meksiko, berselisih dengan Iran, berselisih dengan China terkait laut China selatan dan politik Hongkong. Bahkan dubes China sendiri pernah mengatakan bahwa AS ingin Rusak Stabilitas politik Hongkong, Khamenei sendiri menyamakan trump dengan George W Bush, tetapi yang menarik adalah kritikan Noam  Chomsky yang mengatakan Trump adalah penjahat terburuk sepanjang sejarah manusia.

Pada hakikatnya perdamaian tidak akan tercipta dengan cara neokonservatif melakukan cara seperti itu dan perang akan terus terjadi, satu sama lain negara akan terus menyerang jika ada satu negara yang berusaha untuk ikut campur negara lain. Hal yang bohong jika neokonservatif ingin menciptakan perdamain mereka hanya ingin semua negara mengikuti cara mereka saja. Dan pada akhirnya Amerika akan menjadi negara penjajah era baru jika orang-orang neokonservatif terus ada dalam sistem pemerintahan Amerika.