Pentingkah Filsafat Dimasukan Ke dalam Kurikulum Sekolah

Ruang Opini85 Dilihat

Bagian Sebagian orang filsafat adalah sesuatu yang mengerikan, menyesatkan dan sulit dimengerti. Kita sering mendengar dari beberapa kalangan filsafat itu bisa menjauhkan kita dari agama dan mendekatkan pada kemurtadanan, sejak kecil kita sudah dijauhkan dengan hal yang berbau filsafat. Banyak dari kita juga yang berpikir bahwa filsafat adalah ilmu yang mengawang-ngawang dan tidak mempunyai akar yang jelas, filsafat dalam Sebagian Pemikiran orang memang mempunyai imajinasi yang menyeramkan penuh dengan hal yang abstrak, begitu banyak hal yang tidak mudah dipahami. Padahal sebenernya filsafat sendiri adalah upaya kita untuk mencari sebuah pertanyaan. Jika kita ketahui sebenernya filsafat ini adalah ilmu yang pertama kali kita pelajari dalam kehidupan ini, filsafat sendiri berasal dari kata Yunani yaitu Philosophia, terdiri kata philos yang berarti cinta atau sahabat dan kata Sophia yang berarti kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Kebijaksaan sendiri sebenernya bukan tujuan utama dalam filsafat itu tetapi belajar filsafat sendiri untuk mencari mengenai pertanyaan, karena didunia ini banyak sekali ilmu pengetahuan berbagai macam cabang dari sains, humoniora, sastra ataupun ilmu-ilmu budaya itu semuanya menyajikan kepada kita kebijaksanaan dalam pengertian yang berbeda-beda. Filsafat tidak ikut memperbanyak kebijaksanaan seperti itu, ilmu pengetahun dengan perkembangan yang begitu pesat sudah membuat manusia begitu bijaksana, tentu saja kalau kita mengukur kadar-kadar kebijaksanaan orang-orang hasilnya akan beranekaragam tetapi yah paling tidak kebijaksanaan ini sudah menjadi bagian dari kultur kita sehari-hari. Dimanapun kita melihat dimanapun kita mendengar kita selalu menerima berbagai macam ide-ide atau petuah-petuah yang membawa unsur kebijaksanaan.

Jika kita  melihat dari beberapa negara maju seperti Francis, Spanyol, Jerman, Swiss dan Swedia mereka menerapkan Pendidikan ke pelajar tingkat sekolah SMA, bahkan Francis sendiri ujian nasionalnya atau Baccalaurest memasukan mata pelajaran filsafat dalam ujian nasionalnya . tentunya hal ini sangat jauh dari aspek pendidikan Indonesia, Sebagian orang di Indonesia mengenal filsafat setelah memasuki dunia perkuliahan saja semenjak masa sekolah siswa tidak dikenalkan dengan hal ini. Bahkan ada beberapa guru sangat anti dengan pertanyaan-pertanyaan aneh, contohnya  seperti dulu Ketika ada teman saya bertanya kenapa sih kita harus belajar matematika, spontan guru itu terdiam dan guru beserta teman-temannya menganggap dia orang yang tidak jelas dan seolah-olah dia tidak serius dalam belajar. Padahal seharunya seorang guru bisa menjawab hal yang seperti ini dan bisa beradu pikiran dengan seorang murid tersebut. Dulu Ketika Eropa memasuki abad kejayaan orang di ajarkan untuk beradu pikiran, beradu gagasan dan mempertanyakan banyak hal, pikiran tentunya tidak dibatasin dalam masa itu. Jika kita balik pada masa Yunani Ketika filsafat pada saat itu mulai menjamur dimana-mana, orang-orang disekitar banyak bergulat dengan pikiran masing-masing dan beradu pikiran satu sama lain untuk menciptkan sebuah hasil demi kemaslahatan bersama atau kita mungkin mengenal dengan proses demokrasi, bahkan pada saat itu orang seperti Socrates sering berjalan-jalan di alun-alun hanya ingin mengetahui pikiran dari orang lain dengan memberikan sebuah pertanyaan. Kita mengenal Islam Ketika memasuki masa keemasan karena banyaknya orang filsafat seperti Al-ghazali, Al-kindi, Ar-Razi, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, dan masih banyak lagi pemikir-pemikir ilmu pengetahun yang membawakan Islam pada masa kejayaan. misalkan Ketika Eropa mulai memasuki masa pencerahan atau kita mengenal dengan nama Renaissance atau dalam bahas Jerman dikenal dengan nama Aufklarung, pada saat itu di Jerman terkenal dengan slogan Aufklarung , “Sapere Aude!” yang berarti “ Beranilah Berpikir Sendiri”, Immanuel Kant sendiri mengajak orang-orang untuk semakin berani dan bebas menggunakan akalnya. Banyak sekali pada saat itu filsuf-filsuf yang lahir di masa Renaisaance untuk membawa Eropa keabad yang lebih maju lagi. Misal kita mengenal sosok filsuf dari Francis seperti Jean-Jacques Rousseau, Voltaire, Aguste Comte ada juga dari Inggris kita mengenal sosok Francis Bacon, John Locke, Isaac Newton dan masih banyak lagi yang lainnya.  Eropa pada saat itu tempat-tempat kopi diperkotaan dijadikan tempat diskusi dan berdialektika, majalah-majalah diperkotaan tersebar dengan luas, perpustakaan mulai aktif dimana-mana. Artinya peradaban dibangun oleh sesuatu Pemikiran yang mendalam dan terstruktur. Jujur saya sendiri menyukai filsafat dan mengenal filsafat secara lebih Ketika masuk dunia perkuliahan dan belajar filsafat menjadikan saya untuk mencintai ilmu-ilmu lain seperti Matematika, fisika dan ilmu alam yang lainya, padahal disekolah dulu saya belajar ini tetapi itu tidak membuat saya menyukai ini karena pada saat itu guru sendiri tidak mampu memberikan gambaran tentang ilmu matematika itu dipelajari buat apa contohnya itu teman saya yang bertanya kenapa kita harus belajar ilmu matematika malah seorang guru itu menganggap dia itu tidak serius dalam belajar. Atau contoh lain misalkan Ketika ada seorang murid yang bertanya kenapa kita harus bertuhan spontan guru itu akan menjawab jangan bertanya sesuatu yang tidak penting, artinya hal seperti ini harusnya bisa jelaskan terhadap murid tersebut, guru sendiri harus bisa berargumen dan menjawab semua pertanyaan murid, jangan pernah menjadi seorang guru bak seorang raja yang artinya kebenaran hanya miliknya. Sekolah harus bisa menciptakan ruang dialektika terhadap murid di sekolaj supaya nalar murid-murid bisa tercipta dengan teraktual, karena mungkin beberapa murid masih banyak yang belum tau kenapa kita harus sekolah, kenapa kita harus berguru, kenapa kita harus memakai seragam yang sama atau kenapa rambut kita harus sama dan rapih, dalam hal ini mungkin banyak dipertanyakan oleh Sebagian murid tentunya pertanyaan semacam ini jangan dijadikan bahwa murid itu aneh dan bodoh. Jangan jadikan sekolah itu ruang yang membosankan dengan memberikan pelajaran yang monoton yang tanpa ada diskursus mengenai pertanyaan-pertanyaan hal seperti ini. Sekolah jangan menjauhkan filsafat dalam menggunakan Pendidikan untuk bisa memberikan pemahaman terhadap muridnya. Sepert yang saya bilang tadi bahwa filsafat bukan hanya mencari kebijaksanaan tetapi filsafat adalah sebuah pertanyaan. Pertanyaan seperti apa yang dicari adalah pertanyaan yang mengungkapkan permasalahan yang tidak  terjawab dalam kenyataan kehidupan kita sehari-hari. Kita ini tahu bahwa kita bijaksana Ketika mendahulukan orang lain, kenapa sih mendahulukan orang lain, kenapa sih kita harus menabung, kenapa sih kita harus belajar, kenapa sih kita harus bertuhan, Mengapa kita harus bekerja, mengapa kita harus berusaha, mengapa kita harus belajar matematika dan seterusnya. Hal-hal yang semacam itu yang sebenernya dipertanyakan oleh Filsafat karena filsafat sendiri tidak puas dengan berbagai bentuk kebijaksanaan yang sifatnya menenangkan diri tetapi filsafat sendiri mau mencoba menggali lebih jauh lagi kenapa semua ini bisa terjadi demikian adanya. Hal seperti ini bukan sesuatu pertanyaan yang konyol atau merendahkan tetapi hal semacam itu adalah sebuah struktur dasar kenyataan, aturan mainya seperti apa itu sebenernya yang dipertanyakan oleh para filsuf, seperti apa kata Immanuel Kant bagaimana kita bisa mengetahui sesuatu yang di cari bukanlah kebijaksanaan apa yang dikatakan orang tua kita atau masyarakat kita, tetapi sesuatu pertanyaan yang sebetulnya membawa kita berpikir dan mencapai suatu kesimpulan apapun itu asalkan bisa kesimpulan itu didapat dengan sesuatu usaha untuk menghabiskan semua pertanyaan yang mungkin dan ini adalah sesuatu hal yang penting dalam filsafat kita tidak hanya cukup bertanya lalu menjawab yang harus kita usahakan adalah menggali segala macam dimensi dari pertanyaan kita.

penulis: Fajar Saris Hendarsah

Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Jakarta